Pagi itu, Januari dua puluh satu
Ransel biru-ku ternganga menampakkan sesaknya
Terselip dompet merah muda di antara kertas dan pena
Ku giring tempat persembunyian “harta karun” hingga tiba di tangan kanan
Ku buka perlahan
Bukan, bukan gambar diri yang ingin kupandangi
Bukan pula lembaran uang kuraih
Melainkan sepotong kartu untuk bertransaksi
Lalu..
Ku arahkan langkah gontai menuju mesin di ruangan tertutup berpendingin
Seketika 21 lembaran merah muda bergambarkan sang presiden dan wakil presiden pertama di tangan
Bukan, bukan untuk belanja bulanan
Bukan pula untuk bayar kosan
Melainkan syarat mengerjakan sebuah mahakarya
Mahakarya demi toga dan gelar sarjana
Januari kali ini diakhiri dengan tabungan bersisa 5 digit angka
Bukan kali pertama merasakan kemirisan akhir bulan
Ini telah memfosil menjadi agenda bulanan
Tanggal tua..
Minim transaksi, ponsel pintar tak berisi, duduk diam bagai hibernasi
Tanggal tua bagaikan kawan sejati
Namun, bukankah kawan harus diperlakukan dengan baik? Mungkin sesekali diajak pergi?
Ya..
Bukan saatnya berdiam diri
Tanggal tua bukan ajang bersembunyi
Tak ada salahnya berlari
Atau menari
Agar kesuraman terhindari
Ah, sudahlah. Aku pun tak tahu apakah yang baru dituliskan tersebut sebuah senandung? Ataukah untaian puisi yang dirangkai dari hati untuk mengungkapkan perasaan kepada sang tanggal tua layaknya Rangga mengutarakan perasaan kepada Cinta?
Satu hal yang aku yakini. Akhir bulan yang menyedihkan tetaplah menyedihkan apabila kita hanya berdiam diri dan menanti. Bergerak! Lakukan sesuatu! Cari teman! Bukan, bukan untuk mencari dana pinjaman. Bukan pula berharap agar dikasihani dan diberi.
Pernah di suatu waktu, saat sisa gajiku selama tiga bulan kerja dipergunakan untuk membayar pendaftaran judul & bimbingan skripsi, uang jajan pemberian orang tua lenyap sekejap lantaran seorang sahabat yang berulangtahun harus dihadiahi, aku tidak hanya melamun di kamar dengan kamar terkunci. Tetap ku jalani hari-hari seperti biasanya. Ke perpustakaan cari referensi untuk bahan skripsi, ngumpul dengan teman seperjuangan sejak semester satu untuk curhat atau haha hihi, tak lupa cari-cari informasi siapa tahu ada peluang untuk mengisi pundi-pundi.
Tiba-tiba salah seorang teman dekat “memaksaku” untuk menjadi partnernya dalam tim untuk mengikuti lomba debat bertemakan Bahasa Indonesia yang akan berlangsung tiga hari lagi. Yang mengejutkan, ternyata namaku sudah ia daftarkan! Tanpa pikir panjang, aku dan teman dalam satu tim harus mempersiapkan diri agar menguasai materi. Satu tahap dilalui, kami tetap percaya diri walau satu-satunya tim dari jurusan Bahasa Inggris. Tahap selanjutnya dengan pertentangan yang semakin memanas untuk lomba debat. Hingga pada tahap akhir, kami berhasil masuk final dan mendapat juara 3 untuk kategori perlombaan tersebut. Rezeki yang luar biasa di akhir bulan. Bukan hanya mendapatkan rezeki berupa uang tunai, melainkan juga pengalaman dan kepercayaan diri.
Selain cerita di atas, momen-momen di mana keuangan menipis tak pernah membuatku khawatir. Di beberapa kesempatan, aku membantu kakak perempuanku yang menjalankan bisnis online rumahan mengantarkan barang pesanan pembeli di dalam kota. Kadang uang jalan ku dapatkan darinya, kadang dari sang pembeli yang dermawan.
Memang...
Tanggal tua tidak mungkin ditiadakan
Bukan pula untuk dikeluhkan
Kita yang memilih
Apakah berdiam diri atau mencari
Apakah menghilang atau menggemilang
0 comments:
Post a Comment