Sunday 30 October 2016

Menilik Kisah Cinta Bung Karno di Bengkulu




Tepat 10 bulan yang lalu, 30 Desember 2015, pertama kalinya kaki ini menginjakkan tanah Bengkulu, khususnya Rumah Pengasingan Bung Karno. Kurang lebih 1,5 jam di sana, deretan gambar-gambar diri bernarsis ria di depan bangunan dan barang-barang peninggalan telah memenuhi rol kamera. Rak buku, tempat tidur, sepeda ontel, dan koleksi foto menjadi spot sasaran. 

Dua bulan pasca perjalanan ke Bengkulu, saat tengah haus bacaan setelah pusing mencari bahan referensi skripsi, ku raih buku bersampul merah dengan gambar Bung Karno yang sudah lama tertumpuk di rak. "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia". 

Buku karangan Cindy Adams tersebut menggambarkan jelas cerita cinta manis pahit Putra Sang Fajar di Bengkulu. Cerita yang belum pernah ku dapat sekalipun pernah berkunjung langsung ke sana.

Ranjang putih sederhana Bung Karno dan Ibu Inggit di rumah pengasingan bak menggambarkan keromantisan yang bersahaja. Padahal, kisah cinta keduanya hendak menemukan ujung di Bumi Raflesia ini.

Hawa mencurigakan terbaca oleh Ibu Inggit melihat kedekatan sang suami dengan Fatmawati, anak asuh mereka yang masih sangat belia. Kesetiaan Ibu Inggit menemani suaminya kala suka duka bahkan selama di Banceuy, Sukamiskin, hingga Ende berujung pilu. Ketabahan Ibu Inggit teruji. Awalnya Bung Karno tak bermaksud menceraikan, tapi Ibu Inggit menolak dimadu. Ia lebih memilih bercerai dan kembali ke Bandung.

Nama Ibu Fatmawati tak pelak sangat melekat di Bengkulu. Adalah rumah, jalan, hingga bandara bernamakan dirinya. Di Rumah Pengasingan Bung Karno, pun terpajang gambar beliau. Sang penjahit bendera pusaka ini dulu merupakan salah satu murid Bung Karno di Sekolah Muhammadiyah Bengkulu yang dikepalai oleh ayahnya, Bapak Hassan Din. Ia adalah perempuan yang sederhana dan cerdas.

Benih-benih cinta tumbuh sejak keduanya sering berbincang bersama. Pancaran tatapan di antara mereka lebih dari sekedar guru dan murid atau ayah dan anak. Saat Bung Karno menyatakan perasaan cinta, Ibu Fatmawati tidak terima jika beliau belum menceraikan istrinya. Setelah  Bung Karno resmi bercerai dengan Ibu Inggit, mereka menikah dan mendapatkan keturunan.

Membaca kisah cinta antara Ibu Inggit-Bung Karno-Ibu Fatmawati di Bengkulu membuat diri belajar banyak hal. Ketabahan dan kesetiaan Ibu Inggit. Ketegasan dan kecerdasan Ibu Fatmawati. Perjuangan dan sisi manusiawi Bung Karno di masa-masa pengasingan. 




0 comments:

Post a Comment